Friday, November 18, 2016

The Begining of Life

1-07-2016
Pernikahan awalnya menjadi suatu hal yang menakutkan bagi saya, apalagi melihat kondisi pribadi dan pengelolaan keuangan saya. Namun dengan didorong keinginan pasangan, saya memberanikan diri melaksanakannya demi mengkomplitkan alur kehidupan saya. Pilihan saya jatuh pada wanita yang berasal dari Blitar, belum kenal lama, mungkin sekitar 10 bulanan. Namun dia membuktikan dirinya bahwa dialah yang terpantas buat saya untuk mendampingi saya di sisa waktu hidup saya.
Wanita yang sangat memotivasi saya untuk merapikan pola hidup dan alur pikiran saya sehari-hari. Saya bangga memilikinya dan akan selalu bangga atas segala yang telah saya putuskan dan rencanakan di depan.
Semoga kelak kebahagiaan selalu terwujud dan keluarga selalu bangga dengan kami.
All we need is Love and Hopes...

Sunday, July 26, 2015

Cermin Selalu Menampilkan "Kepalsuan Yang Asli"

Mungkin hanya di media ini saya bisa menumpahkan segala uneg2 yang saya rasakan belakangan ini. Seorang pria yang sudah beberapa kali gagal dalam menjaga hubungan dengan lain jenis. Di sini tidak dibatasi karakter, tidak dibatasi pemirsa, tidak perlu follow memfollow, sangat mudah dibaca, dicerca, dikomentari, dan diapain aja.

- Hari ini, sesuatu yang belum pernah dimulai sudah diakhiri. Sesuatu yang belum resmi jadi sudah resmi dibubarkan.

- Mengapa selalu ada pihak yang memurahkan harga dirinya hanya demi kebebasan yang padahal bisa dia peroleh ketika sudah mantap serius dengan pasangannya?

- Padahal jarang loh pria yang mau bertanggung jawab atas semua perbuatannya kepada wanita, entah itu kenakalan2 remaja lah, entah kesenangan yang melewati koridor kewajaran berpacaran. Kebanyakan pria kalau 'dikasih ituan' dan malah ditinggal pergi si wanita itu malah senang dan dibiarin gitu aja. Lha ini ada pria yg mau menanggung semua kenakalan yg pernah terjadi sebelumnya, tapi malah si wanitanya yang melupakan 'pemberiannya' lalu tetap kekeuh milih sendiri, bodoh bukan?!

- Apa mungkin gadis asal kota "sana" kebanyakan seperti itu? Membiarkan kehormatannya secara percuma, demi ego semata. Namun mungkin tidak semuanya seperti itu.

- Semoga selalu ada kesadaran dari wanita tentang keputusan yang sudah mereka buat, semoga mereka sadar dan segera memperbaiki pilihannya.

"MAHALKAN DIRI KALIAN WAHAI WANITA DUNIA SANA..."

"JANGAN KALIAN MURAHKAN HARGA KALIAN... CITRA KOTA KALIAN BISA SAJA TERCORENG"

- Ini hanya uneg2 seorang pria labil yang mungkin tidak patut dipampang di media semulia ini. Tapi semoga ada sedikit pencerahan dari susuanan kata dalam tiap kalimat tidak jelas di atas bagi kalian.
- Semoga ke depan makin berkurang jumlah wanita bodoh yang menyia2kan pertanggungjawaban pria yang sudah 'gituan' secara sukarela dengan mereka.

- Kesan tetaplah ada, tetap menjadi bagian yang tak terpisah dari perasaan mendamba seorang pria. Perasaan ingin serius ke depan bersama2. Namun pupus gara2 masalah egoisme dan karakter keduanya (pria & wanita).

Bersambung...

Wednesday, July 8, 2015

Meluap Menghunus Meradang

Setelah sahur, pemandangan pagi buta yang membutakan, melihat serangkaian peristiwa kecil di layar 5 inchi benda elektronik masa kini. Berbagai macam foto profil teman2 sosial media termasuk dia yang berusaha saya spesialkan di sekalinya sisa hidup ini.

Berawal dari rasa ingin menyadarkan, ingin diperhatikan, dan ingin diistimewakan, sebuah komentar saya lemparkan karena dorongan rasa penasaran dan curiga cemburu brutal. Tak terencanakan, dibalas dengan sautan pedas dari sana, "lebay", "berlebihan" dan apalah akhirnya tertuju pada saya.

Manusia memang diciptakan untuk pandai berperan, pandai memerankan tokoh yang sebenarnya sudah terseting di dalam diri mereka masing2. Ketika peran mereka mulai mereka perankan dengan menjiwai, maka mereka akan benar2 total menjalani hidup. Seperti saya misalkan, mungkin peran saya sampai dengan saat ini adalah sebagai "sang peluap rasa". Ketika saya merasakan suatu rasa maka secara otimatis otak saya akan melancarkan agresi untuk segera mengatur luapan2 apa saja yang akan saya keluarkan.

Beberapa waktu yang lalu saya secara otomatis meluapkan rasa cemburu, namun beberapa waktu kemudian saya menyadari bahwa luapan tersebut malah membuat dia jengkel dan tidak nyaman. Sungguh pola tersadar yang selalu telat. Cemburu tanda sayang, namun yang kita cemburuin kadang malah ngerasa tidak nyaman dengan kita, mereka merasa terusik dan risih dengan kecemburuan kita.

Ini bukti bahwa cemburu pada level meluap itu sangat buruk. Namun cemburu juga ada baiknya, jika dengan takaran yang pas.

Sesal tinggal sesal, yang sana sudah terlanjur sebal, sudah terlanjur kesal, jengkel dan "iuuuhhh" pastinya. Semoga menjadi pelajaran buat kita semua bahwa segala sesuatu memang harus dipikirkan dulu dan ditakar dulu, supaya selalu ada kata "pas" dalam setiap hal dan keadaan.

"When Jealous Gone Wrong... You just need to apologize and promise will not do that again"

Tuesday, June 23, 2015

Hidup 25 Tahun Ini Seperti...?

23 Juni 2015 genap 25 tahun umur saya, seperempat abad hidup di dunia yang masih berhias jutaan tanda tanya. Senang rasanya masih diberi kesempatan bernafas dan melewati detik demi detik bersama dengan keluarga dan orang terdekat...

Beberapa orang terdekat ada yang ingat dan mengucapkan selamat ulang tahun, ada yang tak ingat namun gara2 dia membuka facebook akhirnya tau dan langsung mengucapkan. Segelintir orang yang peduli, bukan ucapan yang menjadi inti dari moment tahunan ini, melainkan bagaimana menjadikan moment hari lahir ini sebagai pengingat bahwa memang waktu benar2 berjalan dan semakin cepat berlalu.

Sekarang tinggal bagaimana kitanya, semaksimal apa kita menikmati waktu yang ada, seberapa pandai kita dalam memanfaatkan waktu? Biarkan para ilmuwan2 di luar sana berlomba2 membuat rancangan mesin waktu atau teknologi apalah yang diharapkan bisa membuat seseorang bisa memainkan waktu/zaman.

Waktu itu ada sebelum ada kata dahulu, sekarang, dan nanti. Sebelum kata "sebelum dan sesudah" tercipta. Entah lebih dulu mana waktu dan kehidupan tercita.

Hargai waktu seolah2 kita mati besok...