Monday, July 22, 2013

Memiliki, Dimiliki, Kehilangan dan Mensyukuri

MEMILIKI, pasangan (dulunya) dan akhirnya kini hanya menjadi sebuah pengalaman dari kisah berkasih dengan lawan jenis menjadikan diri ini cukup mampu menikmati kesendirian. Karena hati dan perasaan sudah cukup mampu menikmati sisa2 kebahagiaan dari apa yang dulu pernah dirasakan. "Memiliki" sesuatu yang mungkin dan terbukti sekarang telah menjadi milik orang lain (yang mungkin lebih tepat / sesuai pada saatnya).

DIMILIKI, oleh seseorang (dulunya) juga merupakan suatu kebanggaan. Dengan menjadi bagian dari tawa, canda, duka, dan bahagianya seorang yang mencintai kita, kita merasa bertanggung jawab menjaga kepercayaan atas perasaan dan harapannya. Namun apalah arti sebuah tanggung jawab jika ujungnya seseorang itu memilih orang lain untuk "dimiliki" dan bukan kita lagi, itu membuat kita semakin tau apa yang sebenarnya seseorang itu ingini. Ia tidak menginginkan kita menjadi masa depannya melainkan menginginkan kita menjadi masa lalunya.

KEHILANGAN, seseorang yang kita sayangi (kekasih), bukanlah akhir dari kebahagiaan. Tapi cuma jeda dari rasa puas, nikmat, kesenangan dan kebahagiaan selama ini. Suatu saat 'jeda' itu pasti akan usai dan berganti 'mulai' dengan sesuatu yang lain yang mungkin bisa lebih dari yang kemarin atau paling tidak berbeda dan memiliki kesan baru.

MENSYUKURI, segala yang pernah dan sedang kita miliki, segala yang pernah dan sedang kita alami, semua itu adalah anugerah yang paling indah jika kita menyadari dan mengikhlaskannya. Yakin saja dengan kekuatan Tuhan yang Maha Mengatur segala kebahagiaan sesuai dengan pribadi dan kondisi hamba-Nya.

Pernah "memiliki", "dimiliki", dan "kehilangan", harus membuat kita perlu "mensyukuri" semuanya dan tetap semangat menatap detik, menit, jam, dan hari selanjutnya. Karena dibalik sebuah rasa syukur tersimpan kekuatan keikhlasan yang menjadikan bahagia datang dengan sendirinya dari dalam diri kita sendiri.

Catatan "Awal Perubahanmu" (Nov' 2012)

Saat itu >> Malang, Rabu 17 oktober 2012 18:49 WIB <<

Hari ini mungkin matahari tetap bersinar dari arah timur, tapi saya merasakan sesuatu yang aneh saat saya bangun. Mulai dari membuka mata dan menarik nafas dalam2, seperti kehilangan sejuknya pagi hari. Ooouuh… saya tahu, ternyata saya terbangun dengan keadaan saya bergantung antara rasa senang dan sedih. Rasa senang karena saya masih hidup dan menikmati segala hal yang dikaruniakan Tuhan terhadap saya. Dan rasa sedih karena saya mengalami masa balik hubungan percintaan, ya dengan kekasih saya lah pastinya.

Belakangan ini banyak keanehan2 yang saya alami, mulai dari kehilangan tempat kost yang sekaligus tempat ternyaman untuk kencan, gak kehilangan juga sih bahasanya tapi memindahkan diri dari sana karena pemilik kost yang sudah tak asik lagi.

Pasca saya move on dari tempat itu
(ceilleee move on…), saya pindah ke
tempat yang gak strategis banget buat berduaan. Sedikit jauh juga dari keramaian dan gak sebebas tempat kost yang dulu. Kekasih saya, saya sebut si Queen nih nunjukin tingkah laku aneh, gak biasanya, mulai dari nyibukin diri, gak mau diajak kencan, sebelum saya pindah kost semua baek2 aja. Malahan masih sering canda2 di kamar bedua. Banyak sih perilaku dia yang aneh, dia jarang bales SMS saya, jarang nunjukin sayang dia ke saya seperti dulu. Seharusnya kalau dia bilang sayang, dibarengin sama perilaku baik dan nyenengin buat saya. Oh iya sebelum pindah kost dia ikut kayak ospek kampus gitu, sibuknya mulai dari situ, saya jarang diperhatiin, jarang kontak, pas butuh2 buat nganterin nyari kebutuhan ospek baru dia kontak saya. Parah banget menurut saya ini… Sampai sekarang dia juga gampang kesinggung kalo diajak bahas perubahan sikap dia. Bingung saya jadinya, ini seperti masa2 pembalasan dia ke saya, dulu pas awal2 dia yang ngebet sama saya. Sekarang dia di posisi atas, dan merasa saya butuhkan. Saya yakin pasti ada sesuatu dibalik semua perubahan dia ini.

Entah itu firasat benar apa saking saya takut dia uddah gak betah sama saya. Kita dulu sering main ke Batu, ngabisin malam di sana, seneng2 di BNS (batu night spectacular), dan ke air terjun Coban Rondo. Tapi sekarang dia udah gak kayak dulu lagi, jangankan ke Batu, suruh nemenin potong rambut aja dia malah nyibukin diri sama temennya. Inget2 dulu pas dia bela2in kesana kemari demi saya, dan sekarang mana?. Saya nggak kinta banyak dari dia, memang saya ngebet ngajak dia ke Batu lagi buat ngabisin waktu sama dia. Sedikit memaksa juga sih, tapi itu demi saya dan saya rasa pantas karena udah lama banget gak kesana. Lagian saya ingin ngembaliin kemesraan setelah beberapa lama dia tinggal saya sibuk kesana kemari. Dia bilang ingin menuju ke yang lebih baik, berarti dia ingin lebih baik gak sama saya. Saya berusaha keras nyindir2 sikap dia akhir2 ini di media sosial, namun hasilnya nihil. Dia malah makin ilfil ke saya, hhuuuuuuhh!! Dengan nyurahin semua di tulisan ini saya berharap beban di hati dan pikiran saya sedikit berkurang.

Apa yang akan terjadi nanti itu urusan nanti, saya hanya manusia yang masih mampu mengeluh dan berusaha. Semoga dibalik semua ini ada berkah dan hikmahnya, karena semua masalah tak akan lepas dari
pelajaran hidup baru. Ini menurut saya curhatan yang bisa menginspirasi pembaca, meskipun sedikit tidak jelas arah tujuannya yang penting adalah saya sedikit lega dengan menyuarakan isi otak saya ke media ini.

“Tak ada yang perlu disesali dengan segala yang pernah terjadi, jika yang telah terjadi itu membuat kita nyaman dan bahagia meskipun di satu pihak saja, teruskan beranggapan positif tentang hal yang pernah terjadi itu”.

“Paling tidak kita bisa menjadi apa yang kita ingin, meskipun memaksa, dari pada kita dipaksa menjadi orang yang sama sekali tidak kita inginkan”.

“Ketika kamu merasa bahagia dengan suatu hal, kebahagiaan itulah yang sebenarnya akan menjadi musuh terbesar kamu disaat kamu kehilangannya, karena yang kamu ingat hanya kebencian kamu merasakan hilangnya kebahagiaan yang pernah membuat kamu bahagia"

"Jadi tetaplah merasa biasa saja saat kamu sebenarnya merasa sangat bahagia, dengan begitu kamu sudah mengurangi ancaman membenci kebahagiaan disaat kamu kehilangannya kelak.”